IMPLIKASI PEMBELAJARAN IPA
TERPADU
Sesuatu
yang baru atau merupakan inovasi tentu tidak mudah untuk dilaksanakan, karena
memerlukan penyesuaian diri dan kemauan untuk beradaptasi. Begitu pula dengan
pembelajaran IPA Terpadu. Pembelajaran
terpadu biasa dilakukan jenjang pendidikan usia dini, namun tidak menutup
kemungkinan untuk diterapkan di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu
jenjang SMP/MTs dan SMA/MA. Hasil uji coba menunjukkan bahwa pembelajaran
terpadu dapat dilaksanakan.
A.
Guru
Pembelajaran IPA Terpadu merupakan gabungan antara
berbagai bidang kajian IPA, yaitu fisika, kimia, dan biologi, maka dalam
pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan. Hal
ini memberikan implikasi terhadap guru yang mengajar di kelas.
Di sekolah pada umumnya guru-guru yang tersedia terdiri
atas guru-guru disiplin ilmu seperti fisika, kimia, dan biologi. Guru dengan
latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam
pengintegrasian bidang kajian IPA, karena mereka yang memiliki latar belakang
fisika tidak memiliki kemampuan yang optimal pada Kimia dan Biologi, begitu
pula sebaliknya. Di samping itu, pembelajaran IPA juga menimbulkan konsekuensi terhadap
berkurangnya beban jam pelajaran yang diemban guru-guru yang tercakup ke dalam
bidang kajian IPA, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas
beban jam mengajar untuk setiap guru masih tetap.
Untuk itu, dalam pembelajaran IPA terpadu dapat dilakukan dengan dua cara, yakni: (a) team teaching, dan (b) guru tunggal. Hal
tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kebijakan sekolah masing-masing.
1. Team Teaching
Pembelajaran terpadu dalam hal ini diajarkan dengan cara team teaching;
satu topik pembelajaran dilakukan oleh lebih dari satu
orang guru. Setiap guru memiliki tugas masing-masing sesuai dengan
keahlian dan kesepakatan. Kelebihan sistem ini antara lain adalah: (1)
pencapaian KD pada setiap topik efektif karena dalam tim terdiri atas beberapa guru yang ahli dalam masing-masing
( Fisika dan Biologi ), (2) pengalaman dan pemahaman peserta didik lebih
kaya daripada dilakukan oleh satu orang guru
karena dalam satu tim dapat mengungkapkan berbagai konsep dan pengalaman, dan
(3) peserta didik akan lebih cepat memahami karena diskusi akan berjalan dengan
nara sumber dari berbagai disiplin ilmu.
Kelemahan dari sistem ini antara lain adalah jika tidak
ada koordinasi, maka setiap guru dalam tim akan saling mengandalkan sehingga
pencapaian KD tidak akan terpenuhi. Selanjutnya, jika kurang persiapan,
penampilan di kelas akan tersendat-sendat karena skenario tidak berjalan dengan
semestinya, sehingga para guru tidak tahu apa yang akan dilakukan di dalam
kelas.
Untuk itu maka diperlukan beberapa langkah seperti
berikut.
(a) Dilakukan penelaahan untuk memastikan berapa KD dan
SK yang harus dicapai dalam satu topik pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan
berapa guru bidang studi IPA yang dapat dilibatkan dalam pembelajaran pada
topik tersebut.
(b) Setiap guru bertanggung jawab atas tercapainya KD
yang termasuk dalam SK yang ia mampu, seperti misalnya SK-1 oleh guru dengan
latar belakang biologi, SK-2 oleh guru dengan latar belakang fisika, dan
seterusnya.
(c) Disusun skenario pembelajaran dengan melibatkan
semua guru yang termasuk ke dalam topik yang bersangkutan, sehingga setiap
anggota memahami apa yang harus dikerjakan dalam pembelajaran tersebut.
(d) Sebaiknya dilakukan simulasi terlebih dahulu jika
pembelajaran dengan sistem ini merupakan hal yang baru, sehingga tidak terjadi
kecanggungan di dalam kelas.
(e) Evaluasi dan remedial menjadi tanggung jawab
masing-masing guru sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
sehingga akumulasi nilai gabungan dari setiap Kompetensi Dasar dan Standar
Kompetensi menjadi nilai mata pelajaran
IPA.
Dalam bab sebelumnya telah diuraikan, bahwa yang
terpenting adalah kerja sama antarguru IPA
yang ada di suatu sekolah dalam membuat perencanaan pembelajaran, mulai
dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran hingga kesepakatan dalam bentuk
penilaian. Bila hal ini dapat dilaksanakan, maka pembelajaran terpadu dapat
meningkatkan kerja sama antar guru IPA, baik yang ada di sekolah maupun dalam
lingkup MGMP. Kerja sama ini meliputi saling
mempelajari materi dari bidang kajian yang lain. Selain meningkatkan kerja
sama, pembelajaran terpadu juga meningkatkan keharusan bagi guru untuk
memperluas wawasan pengetahuannya.
2. Guru Tunggal
Pembelajaran IPA dengan satu
orang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan: (1) IPA
merupakan satu mata pelajaran, (2) guru dapat merancang skenario pembelajaran
sesuai dengan topik yang ia kembangkan tanpa konsolidasi terlebih dahulu dengan
guru yang lain, dan (3) oleh karena tanggung jawab dipikul oleh seorang diri,
maka potensi untuk saling mengandalkan tidak akan muncul.
Namun demikian, terdapat beberapa kelemahan dalam
pembelajaran IPA terpadu yang dilakukan oleh guru tunggal, yakni: (1) oleh
karena mata pelajaran IPA terpadu merupakan hal yang baru, sedangkan guru-guru
yang tersedia merupakan guru bidang studi sehingga sangat sulit untuk melakukan
penggabungan terhadap berbagai bidang studi tersebut, (2) seorang guru bidang
studi fisika tidak menguasai secara mendalam tentang kimia dan biologi sehingga
dalam pembelajaran IPA terpadu akan didominasi oleh bidang studi yang selama diajarkannya ( bidang stuudi latar belakangnya ),
serta (3) jika skenario pembelajaran tidak menggunakan metode yang inovatif
maka pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tidak akan tercapai
karena akan menjadi sebuah narasi yang kering tanpa makna.
Untuk tercapainya pembelajaran IPA Terpadu yang dilakukan
oleh guru tunggal tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut.
(a) Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPA
diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti
guru bidang studi Fisika diberikan pelatihan tentang bidang studi Kimia dan
Biologi.
(b) Koordinasi antarbidang studi yang tercakup dalam
mata pelajaran IPA tetap dilakukan, untuk mereviu apakah skenario yang disusun
sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi di luar
yang ia mampu.
(c) Disusun skenario dengan metode pembelajaran yang
inovatif dan memunculkan nalar para peserta didik sehingga guru tidak terjebak
ke dalam pemaparan yang parsial bidang studi.
(d) Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai
dengan target pencapaian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar sesuai dengan
topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan.
Pembelajaran terpadu oleh guru tunggal dapat memperkecil
masalah pelaksanaannya yang menyangkut jadwal pelajaran. Secara teknis,
pengaturannya dapat dilakukan sejak awal semester atau awal tahun pelajaran.
Hal yang perlu dihindarkan adalah pembahasan materi yang tidak seimbang karena
wawasan pengetahuan tentang materi pelajaran yang lain kurang memadai. Hal
utama yang harus dilakukan guru adalah memahami model pembelajaran terpadu
secara konseptual maupun praktikal.
B. Peserta didik
Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran IPA Terpadu
memiliki peluang untuk pengembangan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan
model ini menekankan pada pengembangan kemampuan analitik terhadap
konsep-konsep yang dipadukan, karena dapat mengembangkan kemampuan asosiasi
konsep dan aplikasi konsep, kemampuan asosiatif, serta kemampuan eksploratif
dan elaboratif.
Selain itu, model pembelajaran
IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi peserta didik untuk mengenal,
menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep,
pengetahuan, nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan
Kompetensi Dasar. Dengan mempergunakan model pembelajaran IPA Terpadu, secara
psikologik, peserta didik digiring berpikir secara luas dan mendalam untuk
menangkap dan memahami hubungan-hubungan konseptual yang disajikan guru.
Selanjutnya, peserta didik akan terbiasa berpikir terarah, teratur, utuh,
menyeluruh, sistemik, dan analitik. Dengan demikian, pembelajaran model ini
menuntun kemampuan belajar peserta didik lebih baik, baik dalam aspek intelegensi
maupun kreativitas. Pembelajaran terpadu
perlu dilakukan dengan variasi metode yang tidak membosankan. Aktivitas
pembelajaran harus lebih banyak berpusat pada peserta didik agar dapat
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya.
C.
Bahan Ajar
Bahan ajar
memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam
pembelajaran terpadu. Oleh karena pembelajaran terpadu pada dasarnya merupakan
perpaduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu alam maka dalam
pembelajaran ini memerlukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensif
dibandingkan dengan pembelajaran monolitik. Dalam satu topik pembelajaran,
diperlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah Standar Kompetensi
yang merupakan jumlah bidang kajian yang tercakup di dalamnya.
Sumber belajar utama yang
dapat digunakan dalam pembelajaran IPA Terpadu dapat berbentuk teks tertulis
seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster dan informasi lepas, atau
berupa lingkungan sekitar seperti: lingkungan alam, lingkungan sosial
sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun materi perlu mengumpulkan dan
mempersiapkan bahan kepustakaan atau rujukan (buku dan pedoman yang berkaitan
dan sesuai) untuk menyusun dan mengembangkan silabus. Pencarian informasi ini,
sebenarnya dapat pula memanfaatkan perangkat teknologi informasi mutakhir
seperti multimedia dan internet. Aktivitas peserta didik dalam penugasan dapat
menjadi nilai tambah yang menguntungkan.
Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber
utama maupun buku penunjang lainnya. Di samping itu, bahan bacaan penunjang
seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat
pembelajaran yang terkait dengan indikator dan Kompetensi Dasar ditetapkan.
Sebagai bahan penunjang, dapat juga digunakan
disket, kaset, atau CD yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan.
Guru, dalam hal ini, dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan
bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan, pengetahuan,
pemahaman, dan tingkat kreativitasnya dalam mengelola bahan ajar. Semakin
lengkap bahan yang terkumpulkan dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru
terhadap materi tersebut maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran
yang dilaksanakan.
Bahan yang sudah terkumpul selanjutnya dipilah,
dikelompokkan, dan disusun ke dalam indikator dari Kompetensi Dasar. Setelah
bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya
perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang
berkaitan dengan langkah kegiatan berikutnya.
D. Sarana dan Prasarana
Dalam pembelajaran IPA terpadu diperlukan berbagai sarana dan prasarana
pembelajaran yang pada dasarnya relatif sama dengan pembelajaran yang lainnya,
hanya saja ia memiliki kekhasan tersendiri dalam beberapa hal. Dalam
pembelajaran IPA Terpadu, guru harus memilih secara jeli media yang akan
digunakan, dalam hal ini media tersebut harus memiliki kegunaan yang dapat
dimanfaatkan oleh berbagai bidang studi yang terkait dan tentu saja terpadu.
Karena digunakan untuk pembelajaran konsep yang direkatkan oleh tema, maka
penggunaan sarana pembelajaran dapat lebih efisien jika dibandingkan dengan
pemisahan bidang kajian.
Namun demikian, dalam pembelajaran ini tidak
menutup kemungkinan untuk menggunakan sarana yang relatif lebih banyak dari
pembelajaran monolitik. Hal ini disebabkan untuk memberikan pengalaman yang
terpadu, peserta didik harus diberikan ilustrasi dan demonstrasi yang
komprehensif untuk satu topik tertentu. Guru dalam pembelajaran ini diharapkan
dapat mengoptimalkan sarana yang tersedia untuk mencapai tujuan pembelajaran
IPA Terpadu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar